sebutkan kriteria penyusunan perumusan masalah – Penyusunan perumusan masalah merupakan langkah awal dan kunci dalam penelitian atau studi yang dilakukan. Perumusan masalah yang baik akan memberikan arahan dalam pengumpulan data dan analisis yang akan dilakukan. Oleh karena itu, kriteria penyusunan perumusan masalah harus dibuat dengan baik dan terstruktur agar memudahkan dalam melakukan penelitian atau studi.
Kriteria pertama dalam penyusunan perumusan masalah adalah spesifik. Perumusan masalah harus spesifik dan jelas, sehingga memudahkan dalam memahami masalah yang ingin dipecahkan. Misalnya, jika topik yang ingin dibahas adalah tentang pengaruh media sosial pada kesehatan mental remaja, maka perumusan masalah harus spesifik dan jelas, seperti “Bagaimana penggunaan media sosial berpengaruh pada kesehatan mental remaja?”
Kriteria kedua adalah relevansi. Perumusan masalah harus relevan dengan topik yang ingin dibahas dan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian atau studi yang dilakukan. Perumusan masalah yang tidak relevan dapat membuang-buang waktu dan sumber daya yang berharga. Oleh karena itu, sebelum membuat perumusan masalah, penting untuk memahami tujuan penelitian atau studi yang akan dilakukan.
Kriteria ketiga adalah terukur. Perumusan masalah harus dapat diukur dan diidentifikasi dengan jelas. Hal ini akan memudahkan dalam menentukan metode dan teknik penelitian atau studi yang akan digunakan. Misalnya, jika perumusan masalah adalah “Bagaimana pengaruh pemanfaatan teknologi terhadap keterampilan berbahasa Inggris siswa sekolah dasar?”, maka hal yang harus diukur adalah keterampilan berbahasa Inggris siswa dan penggunaan teknologi yang dilakukan oleh siswa.
Kriteria keempat adalah realistis. Perumusan masalah harus realistis dan dapat dicapai dalam waktu yang ditentukan. Perumusan masalah yang tidak realistis akan membuang-buang waktu dan sumber daya. Oleh karena itu, perlu mempertimbangkan ketersediaan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki dalam melakukan penelitian atau studi.
Kriteria kelima adalah sumber terpercaya. Perumusan masalah harus didasarkan pada sumber terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. Sumber yang tidak terpercaya dapat menyebabkan kesalahan dalam penelitian atau studi yang dilakukan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa sumber informasi yang digunakan dalam perumusan masalah adalah terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kriteria keenam adalah inovatif. Perumusan masalah harus inovatif dan dapat memberikan kontribusi baru dalam bidang penelitian atau studi yang dilakukan. Perumusan masalah yang inovatif akan memberikan hasil yang lebih bermanfaat dan berdampak positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kriteria ketujuh adalah relevansi sosial. Perumusan masalah harus relevan dengan kebutuhan masyarakat dan dapat memberikan solusi yang berguna dalam mengatasi masalah yang ada. Perumusan masalah yang relevan sosial akan memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan masyarakat dan negara.
Dalam melakukan penyusunan perumusan masalah, penggunaan bahasa yang jelas dan mudah dipahami juga sangat penting. Hal ini akan memudahkan pembaca atau pihak yang terlibat dalam penelitian atau studi untuk memahami perumusan masalah yang dibuat.
Dalam kesimpulannya, kriteria penyusunan perumusan masalah harus spesifik, relevan, terukur, realistis, sumber terpercaya, inovatif, dan relevan sosial. Hal ini akan memudahkan dalam melakukan penelitian atau studi dan memberikan hasil yang bermanfaat dan berdampak positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masyarakat dan negara. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kriteria penyusunan perumusan masalah dalam melakukan penelitian atau studi.
Rangkuman:
Penjelasan: sebutkan kriteria penyusunan perumusan masalah
1. Perumusan masalah harus spesifik dan jelas untuk memudahkan pemahaman masalah yang ingin dipecahkan.
Perumusan masalah yang spesifik dan jelas merupakan kriteria utama dalam penyusunan perumusan masalah. Hal ini sangat penting karena perumusan masalah yang spesifik dan jelas akan memudahkan dalam pemahaman masalah yang ingin dipecahkan. Dengan demikian, peneliti atau studi akan lebih fokus dan terarah dalam pengumpulan data dan analisis yang akan dilakukan.
Perumusan masalah yang spesifik dan jelas juga memudahkan dalam menentukan arah penelitian atau studi yang dilakukan. Misalnya, jika topik yang ingin dibahas adalah tentang kesehatan mental remaja, maka perumusan masalah yang spesifik dan jelas adalah “Bagaimana faktor lingkungan sekolah mempengaruhi kesehatan mental remaja di Kota X?”.
Perumusan masalah yang spesifik dan jelas akan memudahkan dalam mengidentifikasi variabel yang akan diukur dan dianalisis, sehingga dapat menentukan metode dan teknik penelitian atau studi yang tepat. Misalnya, jika perumusan masalah adalah “Bagaimana penggunaan media sosial berpengaruh pada kesehatan mental remaja?”, maka variabel yang akan diukur dan dianalisis adalah penggunaan media sosial dan kesehatan mental remaja.
Penyusunan perumusan masalah yang spesifik dan jelas juga akan memudahkan dalam melakukan analisis data dan interpretasi hasil penelitian atau studi. Apabila perumusan masalah tidak spesifik dan jelas, maka hasil penelitian atau studi yang didapatkan juga kurang jelas dan tidak dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam hal penyusunan perumusan masalah, perlu dihindari penggunaan bahasa yang ambigu dan tidak jelas. Oleh karena itu, perumusan masalah yang spesifik dan jelas harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan tepat agar dapat memudahkan pemahaman dan arah penelitian atau studi yang akan dilakukan.
Dalam kesimpulannya, perumusan masalah yang spesifik dan jelas merupakan kriteria utama dalam penyusunan perumusan masalah. Perumusan masalah yang spesifik dan jelas akan memudahkan dalam pemahaman masalah yang ingin dipecahkan, menentukan arah penelitian atau studi yang tepat, mengidentifikasi variabel yang akan diukur dan dianalisis, melakukan analisis data dan interpretasi hasil penelitian atau studi, serta menghindari penggunaan bahasa yang ambigu dan tidak jelas.
2. Perumusan masalah harus relevan dengan topik yang ingin dibahas dan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian atau studi yang dilakukan.
Poin kedua dari kriteria penyusunan perumusan masalah adalah relevansi dengan topik yang ingin dibahas dan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian atau studi yang dilakukan. Perumusan masalah yang relevan akan memudahkan dalam pengumpulan data yang diperlukan dan lebih efektif dalam mencapai tujuan penelitian atau studi yang dilakukan.
Sebelum membuat perumusan masalah, perlu dipahami terlebih dahulu topik dan tujuan penelitian atau studi yang akan dilakukan. Hal ini akan memastikan perumusan masalah yang dibuat sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Perumusan masalah yang relevan akan memudahkan dalam pengumpulan data dan analisis yang akan dilakukan.
Selain itu, perlu juga mempertimbangkan relevansi perumusan masalah dengan kondisi dan konteks yang ada. Perumusan masalah yang relevan dengan kondisi dan konteks yang ada akan lebih mudah diterima dan dipahami oleh masyarakat atau pihak yang terkait. Hal ini akan memudahkan dalam implementasi hasil penelitian atau studi yang dilakukan.
Sebagai contoh, jika topik penelitian adalah tentang pengaruh media sosial pada kesehatan mental remaja, maka perumusan masalah harus relevan dengan topik tersebut dan sesuai dengan tujuan penelitian atau studi yang dilakukan. Perumusan masalah yang relevan dalam hal ini mungkin adalah “Bagaimana penggunaan media sosial berpengaruh pada kesehatan mental remaja dan bagaimana cara mengatasi dampak negatif dari media sosial tersebut?”
Dalam kesimpulannya, kriteria kedua dari penyusunan perumusan masalah adalah relevansi dengan topik yang ingin dibahas dan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian atau studi yang dilakukan. Perumusan masalah yang relevan akan memudahkan dalam pengumpulan data dan analisis yang akan dilakukan serta lebih efektif dalam mencapai tujuan penelitian atau studi yang dilakukan. Oleh karena itu, perlu mempertimbangkan relevansi perumusan masalah dengan kondisi dan konteks yang ada untuk memastikan implementasi hasil penelitian atau studi yang dilakukan dapat dilakukan dengan efektif.
3. Perumusan masalah harus dapat diukur dan diidentifikasi dengan jelas untuk memudahkan dalam menentukan metode dan teknik penelitian atau studi yang akan digunakan.
Poin ketiga dalam kriteria penyusunan perumusan masalah adalah bahwa perumusan masalah harus dapat diukur dan diidentifikasi dengan jelas agar memudahkan dalam menentukan metode dan teknik penelitian atau studi yang akan digunakan.
Dalam melakukan penelitian atau studi, penting untuk memiliki tujuan yang jelas dan spesifik. Tujuan tersebut harus diukur dengan metode dan teknik yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang akurat dan reliabel. Oleh karena itu, perumusan masalah harus diukur dan diidentifikasi dengan jelas agar dapat menentukan metode dan teknik penelitian atau studi yang akan digunakan.
Misalnya, jika perumusan masalah adalah “Bagaimana pengaruh pemanfaatan teknologi terhadap keterampilan berbahasa Inggris siswa sekolah dasar?”, maka hal yang harus diukur adalah keterampilan berbahasa Inggris siswa dan penggunaan teknologi yang dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini, dapat menggunakan metode tes untuk mengukur keterampilan berbahasa Inggris siswa dan observasi untuk mengukur penggunaan teknologi oleh siswa.
Dengan memiliki perumusan masalah yang dapat diukur dan diidentifikasi dengan jelas, maka penentuan metode dan teknik penelitian atau studi akan menjadi lebih mudah. Selain itu, hasil penelitian atau studi yang didapatkan akan lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kriteria ketiga dalam penyusunan perumusan masalah.
4. Perumusan masalah harus realistis dan dapat dicapai dalam waktu yang ditentukan.
Poin keempat dari kriteria penyusunan perumusan masalah adalah realistis. Perumusan masalah harus realistis dan dapat dicapai dalam waktu yang ditentukan. Hal ini sangat penting dalam melakukan penelitian atau studi. Perumusan masalah yang tidak realistis akan membuang-buang waktu dan sumber daya. Oleh karena itu, perlu mempertimbangkan ketersediaan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki dalam melakukan penelitian atau studi.
Perumusan masalah yang tidak realistis cenderung terlalu ambisius atau tidak sesuai dengan sumber daya yang tersedia, baik itu dalam hal waktu, uang, atau tenaga kerja. Misalnya, jika ingin meneliti tentang pengaruh pandemi COVID-19 pada perekonomian global dalam waktu 3 bulan dengan dana yang terbatas, maka perumusan masalah tersebut tidak realistis.
Sebaliknya, perumusan masalah yang realistis dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia. Perumusan masalah yang realistis akan memudahkan dalam melakukan penelitian atau studi dan memberikan hasil yang bermanfaat dan berdampak positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masyarakat dan negara.
Oleh karena itu, sebelum melakukan penelitian atau studi, perlu dilakukan pertimbangan yang matang mengenai sumber daya yang tersedia dan kemampuan yang dimiliki. Hal ini akan membantu dalam membuat perumusan masalah yang realistis dan dapat dicapai dalam waktu yang ditentukan.
5. Perumusan masalah harus didasarkan pada sumber terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.
Poin kelima dari kriteria penyusunan perumusan masalah adalah bahwa perumusan masalah harus didasarkan pada sumber terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. Sumber yang digunakan dalam penyusunan perumusan masalah haruslah terpercaya dan memiliki kredibilitas yang baik.
Pemilihan sumber yang tepat akan memberikan kepercayaan pada hasil penelitian atau studi yang dilakukan. Sumber yang tidak terpercaya dapat menyebabkan kesalahan dalam penelitian atau studi yang dilakukan, dan hal ini dapat menyebabkan hasil yang tidak akurat dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Sumber terpercaya dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, seperti jurnal ilmiah, buku-buku referensi, atau data statistik yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, sumber dapat diperoleh dari hasil penelitian atau studi yang telah dilakukan sebelumnya.
Dalam hal ini, penting untuk memastikan bahwa sumber informasi yang digunakan dalam perumusan masalah adalah terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini akan memberikan kepercayaan pada hasil penelitian atau studi yang dilakukan dan memastikan bahwa hasil yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam banyak kasus, perumusan masalah dapat menjadi bias jika sumber informasi yang digunakan tidak terpercaya. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa dan memastikan bahwa sumber informasi yang digunakan benar-benar terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan untuk memastikan hasil penelitian atau studi yang akurat dan bermanfaat.
Dalam kesimpulannya, kriteria penyusunan perumusan masalah harus didasarkan pada sumber terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. Sumber yang tidak terpercaya dapat menyebabkan kesalahan dalam penentuan perumusan masalah yang dilakukan, sehingga mempengaruhi hasil penelitian atau studi yang dilakukan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa sumber informasi yang digunakan dalam perumusan masalah adalah terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Perumusan masalah harus inovatif dan dapat memberikan kontribusi baru dalam bidang penelitian atau studi yang dilakukan.
Poin keenam pada kriteria penyusunan perumusan masalah adalah perumusan masalah harus inovatif dan dapat memberikan kontribusi baru dalam bidang penelitian atau studi yang dilakukan. Dalam penelitian atau studi, penting untuk mempertimbangkan bahwa perumusan masalah yang inovatif dapat membuat penelitian atau studi tersebut lebih menarik dan memberikan hasil yang lebih bermanfaat.
Perumusan masalah yang inovatif harus mampu memberikan kontribusi baru dalam bidang penelitian atau studi yang dilakukan. Artinya, tidak hanya memperkenalkan masalah yang belum pernah dibahas sebelumnya, tetapi juga harus mampu memberikan pemahaman baru atau solusi inovatif untuk masalah yang ada.
Dalam penelitian atau studi yang dilakukan, inovasi menjadi kunci penting dalam menghasilkan kontribusi yang signifikan dalam bidang penelitian atau studi tersebut. Perumusan masalah yang inovatif dapat memotivasi peneliti atau penulis untuk melakukan eksplorasi lebih dalam dan mencari solusi yang lebih kreatif dan inovatif.
Namun, inovasi tidak selalu berarti menciptakan sesuatu yang benar-benar baru dari nol. Inovasi juga dapat berupa pengembangan atau peningkatan dari penelitian atau studi sebelumnya. Dalam hal ini, perumusan masalah harus dapat mengidentifikasi celah atau kekurangan dalam penelitian atau studi sebelumnya dan memberikan solusi inovatif yang dapat memperbaiki atau meningkatkan penelitian atau studi tersebut.
Dalam kesimpulannya, perumusan masalah yang inovatif menjadi kunci penting dalam menghasilkan kontribusi yang signifikan dalam bidang penelitian atau studi yang dilakukan. Perumusan masalah yang inovatif harus memberikan kontribusi baru dalam bidang penelitian atau studi, baik dalam bentuk pemahaman baru atau solusi inovatif untuk masalah yang ada.
7. Perumusan masalah harus relevan dengan kebutuhan masyarakat dan dapat memberikan solusi yang berguna dalam mengatasi masalah yang ada.
Poin keenam dari kriteria penyusunan perumusan masalah adalah perumusan masalah harus inovatif dan dapat memberikan kontribusi baru dalam bidang penelitian atau studi yang dilakukan.
Perumusan masalah yang inovatif adalah perumusan masalah yang dapat memberikan ide-ide baru dan segar dalam bidang penelitian atau studi. Hal ini dilakukan untuk menghindari perumusan masalah yang sudah umum dan terlalu sering dibahas sehingga tidak memberikan hasil yang signifikan. Perumusan masalah yang inovatif akan memudahkan dalam melakukan penelitian atau studi dan akan memberikan hasil yang lebih bermanfaat dan berdampak positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perumusan masalah yang inovatif dapat dilakukan dengan cara mencari topik yang sedang trending atau sedang menjadi perhatian di masyarakat. Selain itu, dapat juga mencari topik yang belum banyak dibahas dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Dalam melakukan penelitian atau studi, perlu dilakukan penelitian literatur terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang sudah menjadi fokus penelitian atau studi sebelumnya dan mencari celah yang dapat dijadikan kontribusi baru.
Perumusan masalah yang inovatif dapat memberikan dampak yang besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memberikan manfaat bagi masyarakat dan negara. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kriteria ini dalam menyusun perumusan masalah agar penelitian atau studi yang dilakukan menjadi lebih bermanfaat dan memiliki dampak yang positif.
Contoh perumusan masalah yang inovatif adalah “Bagaimana pemanfaatan teknologi blockchain dapat diterapkan dalam pengelolaan limbah medis untuk meminimalkan dampak lingkungan dan kesehatan masyarakat?” atau “Bagaimana penggunaan drone dapat mempercepat penanganan bencana alam dan memberikan bantuan yang lebih efektif kepada korban?”
Dalam melakukan penelitian atau studi, perlu diingat bahwa perumusan masalah yang inovatif harus tetap relevan dengan topik yang ingin dibahas dan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian atau studi yang dilakukan. Dengan demikian, perumusan masalah yang inovatif dapat memberikan kontribusi baru dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memenuhi kebutuhan masyarakat dan negara.