Mengapa Sejarah Dikatakan Bersifat Empiris

mengapa sejarah dikatakan bersifat empiris –

Sejarah sering dikatakan sebagai sebuat disiplin ilmu yang bersifat empiris. Ini berarti bahwa sejarah didasarkan pada penelitian empiris dan penggalian fakta yang diperoleh dari arkeologi, prasasti, manuskrip, catatan, dan bahan arsip lainnya. Dengan demikian, sejarah memiliki sifat empiris karena bersandar pada bukti yang dapat diuji untuk membuktikan kebenaran sebuah klaim atau hipotesis.

Konsep empiris telah lama diterapkan dalam sejarah. Pemahaman tentang berbagai peristiwa masa lalu, termasuk peristiwa sejarah, awalnya didasarkan pada pengamatan dan pengalaman langsung. Di zaman modern, konsep empirisme telah berkembang menjadi suatu metode penelitian yang sistematis. Seorang sejarawan akan memulai dengan mengumpulkan berbagai bukti yang berasal dari berbagai sumber. Kemudian, dia akan menganalisis bahan-bahan ini untuk mengembangkan teori tentang topik yang berhubungan dengannya. Penelitian empiris ini juga dapat disebut sebagai penelitian sejarah.

Karena bersifat empiris, sejarah dapat memberikan gambaran yang akurat tentang peristiwa masa lalu. Selanjutnya, penelitian empiris dapat membantu kita mengkonfirmasi klaim sejarah yang dibuat. Dengan menggunakan berbagai bukti yang dikumpulkan dari bahan-bahan arsip, sejarawan dapat membangun sebuah gambaran yang memiliki level keakuratan yang tinggi.

Selain itu, sejarah yang bersifat empiris juga memungkinkan untuk membedakan antara peristiwa sejarah yang benar dan yang salah. Dengan kata lain, sejarah empiris dapat membantu mengurangi terjadinya bias dalam penulisan sejarah. Sejarawan dapat menggunakan bukti yang dikumpulkan dari arsip untuk menyaring informasi yang benar dari yang salah.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sejarah yang bersifat empiris memiliki peran penting dalam menjaga kebenaran dan akurasi dalam penulisan sejarah. Bukti yang dikumpulkan dari berbagai sumber dapat membantu mengkonfirmasi klaim-klaim yang dibuat tentang peristiwa sejarah. Selain itu, sejarah yang bersifat empiris juga membantu dalam mengurangi terjadinya bias dalam penulisan sejarah. Dengan demikian, sejarah empiris dapat dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu yang penting dan memiliki peran penting dalam mengungkapkan sejarah.

Penjelasan Lengkap: mengapa sejarah dikatakan bersifat empiris

1. Sejarah sering dikatakan sebagai sebuah disiplin ilmu yang bersifat empiris, yang berarti didasarkan pada penelitian empiris dan penggalian fakta.

Sejarah dikatakan bersifat empiris karena berdasarkan penelitian empiris dan penggalian fakta. Penelitian empiris adalah penelitian yang dijalankan untuk menguji sebuah teori atau hipotesis dengan menggunakan bukti-bukti konkret dan langsung yang dapat diamati. Penggalian fakta adalah proses menemukan, mengumpulkan, dan menganalisis bukti dari masa lalu untuk membangun sebuah pandangan yang akurat dari masa lalu.

Selain itu, sejarah juga bersifat empiris karena menekankan pentingnya penelitian independen dan obyektif. Sejarawan harus meneliti fakta secara akurat dan obyektif untuk menciptakan sebuah gambaran yang akurat dari masa lalu. Tanpa kedua aspek ini, sejarah tidak akan berhasil menjelaskan masa lalu dengan benar.

Selain itu, sejarah juga bersifat empiris karena sejarawan harus menggunakan pendekatan berpikir kritis dan analitis untuk menganalisis fakta. Sejarawan harus dapat menguraikan sebuah topik secara akurat dan menemukan pola yang mungkin dapat menjelaskan masa lalu. Sejarawan harus dapat menggunakan pendekatan ini secara konsisten untuk memastikan bahwa sejarah yang dihasilkan akurat dan obyektif.

Akhirnya, sejarah juga bersifat empiris karena sejarawan harus memiliki pengetahuan yang luas tentang topik. Pengetahuan tentang berbagai bidang seperti sosiologi, antropologi, sastra, dan politik harus diintegrasikan dengan penelitian empiris dan penggalian fakta untuk menghasilkan sebuah pandangan yang akurat dari masa lalu. Sejarawan harus memiliki wawasan yang luas untuk memastikan bahwa sejarah yang dihasilkan akurat dan obyektif.

Kesimpulannya, sejarah bersifat empiris karena berdasarkan penelitian empiris dan penggalian fakta, menekankan pentingnya penelitian independen dan obyektif, menggunakan pendekatan berpikir kritis dan analitis untuk menganalisis fakta, dan memiliki pengetahuan yang luas tentang topik. Untuk menghasilkan sejarah yang akurat dan obyektif, sejarawan harus menggabungkan semua komponen ini dengan benar.

2. Konsep empiris telah lama diterapkan dalam sejarah, dimulai dari pengamatan dan pengalaman langsung.

Konsep empiris telah lama diterapkan dalam sejarah, dimulai dari pengamatan dan pengalaman langsung. Ini berarti bahwa sejarah harus didasarkan pada data empiris, yaitu data yang dikumpulkan dari persepsi, pengamatan, atau eksperimen. Empirisme adalah konsep yang berfokus pada pengalaman dan pengetahuan, dan ini menjadi dasar untuk sejarawan dalam meneliti dan menulis sejarah, karena mereka memerlukan data empiris untuk mengonfirmasi atau membantah hipotesis.

Empirisisme adalah konsep yang sangat penting dalam sejarah karena membantu sejarawan menghubungkan data sejarah dengan pandangan masa lalu. Dengan menggunakan data empiris, sejarawan dapat membuat kesimpulan yang kuat tentang masa lalu. Sebagai contoh, dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari arsip dan dokumentasi, sejarawan dapat membuat kesimpulan tentang kebudayaan masa lalu dan bagaimana hal itu berpengaruh pada masa kini.

Selain itu, sejarah empiris juga membantu meningkatkan reliabilitas dan validitas dari studi sejarah. Data empiris yang dikumpulkan dari berbagai sumber, seperti dokumen, arsip, dan eksperimen, dapat membantu sejarawan membuat kesimpulan yang lebih akurat tentang masa lalu. Data empiris juga dapat digunakan untuk membantu menjelaskan keterkaitan antara masa lalu dan masa kini.

Konsep empiris yang diterapkan dalam sejarah memungkinkan sejarawan untuk membuat kesimpulan yang akurat tentang masa lalu. Ini memungkinkan sejarawan untuk menghubungkan data sejarah dengan pandangan masa lalu dan membuat kesimpulan yang valid dan relevan. Dengan demikian, konsep empiris telah lama diterapkan dalam sejarah untuk membantu sejarawan memahami masa lalu dan membuat kesimpulan yang akurat.

3. Di zaman modern, konsep empirisme telah berkembang menjadi suatu metode penelitian yang sistematis.

Di zaman modern, konsep empirisme telah berkembang menjadi suatu metode penelitian yang sistematis. Empirisme adalah metode yang menekankan pada pengalaman langsung dan percobaan sebagai cara untuk mencapai pengetahuan. Metode ini mengandalkan data yang diperoleh dari observasi dan eksperimen untuk menarik kesimpulan. Dengan menggunakan metode ini, kita dapat memahami dunia sekitarnya dengan lebih baik.

Hal ini sangat relevan dengan sejarah karena sejarawan menggunakan data empiris untuk membuat pemahaman yang lebih mendalam dan akurat tentang masa lalu. Sejarawan menggunakan berbagai jenis sumber daya seperti dokumen, catatan, dan laporan sejarah untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Mereka juga menggunakan keterangan langsung dari para saksi mata atau informasi yang diberikan oleh seseorang yang menyaksikan kejadian yang bersangkutan. Dengan menggunakan informasi ini, sejarawan dapat menarik kesimpulan tentang masa lalu.

Selain itu, dengan menggunakan metode empiris, sejarawan dapat menyelidiki fakta-fakta dan klaim-klaim yang telah dibuat tentang masa lalu. Mereka dapat menilai tingkat keakuratan informasi yang ada, memastikan bahwa sumber data yang digunakan telah diverifikasi dan diperiksa, dan memastikan bahwa informasi yang dikumpulkan selalu akurat.

Ketika menggunakan metode empiris untuk mengkaji sejarah, sejarawan juga menggunakan teori untuk memahami konteks sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang terlibat. Dengan menggunakan teori, sejarawan dapat menganalisis data yang ada dan menarik kesimpulan tentang apa yang terjadi di masa lalu. Hal ini membuat cakupan sejarah lebih akurat dan berimbang. Dengan cara ini, sejarawan dapat membuat penafsiran yang lebih komprehensif dari sejarah masa lalu.

Oleh karena itu, dengan menggunakan metode empiris, kita dapat mengumpulkan informasi yang lebih akurat dan lengkap tentang masa lalu. Sumber data yang ada dapat dianalisis secara sistematis, dan teori dapat digunakan untuk memahami konteks sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang terlibat. Dengan menggunakan metode ini, kita dapat membuat pemahaman yang lebih mendalam dan akurat tentang masa lalu.

4. Seorang sejarawan akan memulai dengan mengumpulkan berbagai bukti dari berbagai sumber.

Sejarah dikatakan bersifat empiris karena ia memusatkan diri pada pengumpulan, analisis, dan interpretasi bukti empiris tentang peristiwa-peristiwa masa lalu. Peristiwa-peristiwa masa lalu terjadi di masa lalu, jadi kita tidak dapat menggunakan pengalaman atau pengamatan langsung untuk mempelajari mereka. Oleh karena itu, sejarawan harus menggunakan sumber primer dan sekunder untuk merangkum peristiwa-peristiwa masa lalu. Sumber primer adalah dokumen asli yang ditulis oleh orang-orang yang berada di masa lalu, sedangkan sumber sekunder adalah buku-buku yang ditulis oleh orang-orang di masa kini tentang masa lalu.

Seorang sejarawan akan memulai dengan mengumpulkan berbagai bukti dari berbagai sumber. Bukti ini akan berupa dokumen-dokumen asli, foto, catatan harian, laporan pemerintah, dan lainnya. Pada tahap ini, sejarawan harus memutuskan bagaimana cara terbaik untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Mereka mungkin akan membuat daftar pertanyaan untuk menganalisis berbagai sumber yang tersedia, atau mungkin akan menggunakan teknik dokumentasi seperti historiografi untuk menganalisis dan menginterpretasikan bukti.

Setelah berbagai bukti dikumpulkan, seorang sejarawan akan menganalisis secara kritis bukti-bukti tersebut untuk mengetahui gambar yang lebih besar. Mereka akan mencari kesamaan dan perbedaan antara bukti-bukti yang mereka miliki, dan mencari tahu bagaimana bukti-bukti tersebut berkaitan satu sama lain. Mereka akan mencari tahu apa yang disebut sebagai “teks” atau “semiotik” dari bukti-bukti, yang bisa berupa kata-kata, simbol, atau bahkan desain.

Selanjutnya, sejarawan akan menginterpretasikan bukti-bukti ini untuk mencari tahu makna dan konteks dari peristiwa-peristiwa masa lalu. Mereka akan membuat teori-teori tentang bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut berkaitan dengan satu sama lain, dan bagaimana mereka berkontribusi terhadap sejarah secara keseluruhan. Mereka akan mencari cara untuk menyatukan bukti-bukti yang berbeda menjadi satu kisah yang komprehensif dan logis.

Ketika seorang sejarawan selesai menganalisis dan menginterpretasikan bukti-bukti masa lalu, mereka akan mencoba untuk menyimpulkan sebuah kesimpulan tentang peristiwa-peristiwa masa lalu. Mereka akan menggunakan berbagai teknik untuk menyimpulkan kesimpulan, termasuk menggunakan pemikiran kritis dan mengikuti logika yang rasional. Mereka akan berusaha untuk menghindari bias pribadi dan mencari tahu fakta-fakta yang sebenarnya.

Dengan demikian, sejarah dikatakan bersifat empiris karena ia memusatkan diri pada analisis dan interpretasi bukti-bukti yang telah dikumpulkan dari sumber-sumber yang berbeda. Seorang sejarawan akan memulai dengan mengumpulkan berbagai bukti dari berbagai sumber, lalu menganalisis bukti-bukti tersebut untuk menginterpretasikan peristiwa-peristiwa masa lalu. Setelah itu, mereka akan menyimpulkan sebuah kesimpulan tentang masa lalu. Dengan cara ini, sejarah yang bersifat empiris memungkinkan kita untuk mempelajari masa lalu dengan lebih baik dan memahami sejarah secara lebih menyeluruh.

5. Karena bersifat empiris, sejarah dapat memberikan gambaran yang akurat tentang peristiwa masa lalu.

Sejarah dianggap sebagai disiplin empiris karena didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh ahli sejarah dan informasi yang dihimpun secara langsung dari sumber-sumber tertentu. Sejarah menggunakan ilmu empiris, yaitu ilmu yang didasarkan pada pengetahuan yang didapat melalui pengalaman langsung. Dengan kata lain, ilmu empiris adalah ilmu tentang peristiwa masa lalu yang dapat diketahui dengan cara mengamati dan meneliti sejarah. Ilmu empiris digunakan untuk menganalisis informasi yang dikumpulkan melalui penelitian sejarah.

Salah satu alasan mengapa sejarah dikatakan bersifat empiris adalah karena sejarah bersifat kualitatif. Sejarah kualitatif berfokus pada peristiwa yang terjadi di masa lalu, dan korelasinya dengan masa kini. Sejarah kualitatif mencoba untuk mengetahui alasan atau motivasi orang-orang di masa lalu untuk melakukan hal yang mereka lakukan dan bagaimana hal tersebut berdampak pada masa kini. Metode ini menggunakan informasi bersifat kualitatif seperti dokumen, catatan, dan foto, yang menyediakan data yang relevan dan akurat tentang peristiwa masa lalu.

Kedua, sejarah bersifat kuantitatif. Sejarah kuantitatif berfokus pada statistik yang mengukur fakta dan angka yang terkait dengan peristiwa masa lalu. Data kuantitatif yang dihimpun adalah data yang diukur secara akurat, seperti jumlah orang yang terkena dampak suatu peristiwa, jumlah penduduk yang meninggal, atau jumlah uang yang dibelanjakan untuk suatu proyek. Metode ini menggunakan data yang dihimpun secara kuantitatif, sehingga ahli sejarah dapat menghitung dan menganalisis jumlah tertentu dari peristiwa masa lalu.

Ketiga, sejarah bersifat komparatif. Sejarah komparatif berfokus pada perbandingan antara peristiwa masa lalu dengan peristiwa masa kini. Metode ini menggunakan kedua jenis data, yaitu data kualitatif dan kuantitatif, untuk membandingkan peristiwa masa lalu dengan peristiwa masa kini. Metode ini sangat berguna untuk memahami perkembangan dan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu.

Keempat, sejarah bersifat deskriptif. Sejarah deskriptif berfokus pada deskripsi suatu peristiwa masa lalu dengan menggunakan data kualitatif. Metode ini menggunakan sumber-sumber sejarah, seperti dokumen, catatan, dan foto, untuk menggambarkan secara akurat bagaimana peristiwa masa lalu terjadi.

Kelima, karena bersifat empiris, sejarah dapat memberikan gambaran yang akurat tentang peristiwa masa lalu. Dengan menggunakan data kualitatif dan kuantitatif, ahli sejarah dapat menyusun gambaran yang akurat tentang peristiwa masa lalu dan memahami bagaimana peristiwa-peristiwa itu mempengaruhi masa kini. Dengan menggunakan metode empiris, ahli sejarah dapat mengamati dan meneliti keterkaitan antara peristiwa masa lalu dan masa kini dan membuat kesimpulan yang akurat tentang peristiwa masa lalu. Dengan demikian, ahli sejarah dapat menyediakan informasi yang berguna untuk memahami masa lalu dan menentukan arah ke depan.

6. Penelitian empiris juga dapat membantu mengkonfirmasi klaim sejarah yang dibuat.

Sejarah dikatakan sebagai sains yang bersifat empiris karena berdasarkan pada penelitian dan bukti empiris. Empiris berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mencoba untuk mengetahui”. Para ahli sejarah menggunakan bukti empiris seperti catatan, laporan, surat, gambar, dan lainnya untuk memahami masa lalu. Bukti empiris ini memberikan wawasan dan pemahaman tentang masa lalu.

Penelitian empiris adalah proses mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan bukti empiris. Penelitian empiris mencakup berbagai jenis teknik seperti meneliti dokumen, wawancara, observasi partisipatif, rekonstruksi kronologis, dan lainnya. Peneliti sejarah dapat menggunakan bukti empiris untuk menentukan fakta sejarah, kebenaran, dan keterangan tentang masa lalu.

Penelitian empiris juga dapat membantu mengkonfirmasi klaim sejarah yang dibuat. Penelitian empiris dapat mengkonfirmasi atau menyangkal klaim sejarah berdasarkan bukti. Penelitian empiris dapat mengkonfirmasi klaim sejarah yang dibuat berdasarkan bukti sejarah yang telah dikumpulkan, analisis yang telah dilakukan, dan penafsiran yang dibuat.

Konfirmasi dari klaim sejarah melalui penelitian empiris merupakan bagian penting dari sejarah. Penelitian empiris membuat para ahli sejarah dapat memastikan bahwa klaim yang dibuat dapat dibenarkan atau ditolak. Penelitian empiris membantu para ahli sejarah untuk membuat kesimpulan yang dapat dipercaya dan boleh dipercayai.

Bukti empiris yang dikumpulkan melalui penelitian empiris juga dapat membantu para ahli sejarah untuk memahami masa lalu dengan lebih baik. Penelitian empiris memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang masa lalu. Bukti empiris juga dapat meningkatkan dan memperluas pemahaman para ahli sejarah tentang masa lalu.

Dalam sejarah, penelitian empiris berperan penting dalam mengkonfirmasi klaim sejarah yang dibuat. Peneliti sejarah dapat menggunakan bukti empiris untuk menentukan fakta sejarah, kebenaran, dan keterangan tentang masa lalu. Penelitian empiris juga dapat membantu para ahli sejarah untuk memahami masa lalu dengan lebih baik. Bukti empiris yang dikumpulkan melalui penelitian empiris membuat para ahli sejarah dapat membuat kesimpulan yang dapat dipercaya dan boleh dipercayai.

7. Selain itu, sejarah yang bersifat empiris juga memungkinkan untuk membedakan antara peristiwa sejarah yang benar dan yang salah.

Sejarah dikatakan bersifat empiris karena dapat dibuktikan secara nyata dengan menggunakan bukti empiris. Bukti empiris dalam sejarah berupa dokumen, arsip, serta catatan-catatan sejarah yang dapat menceritakan kisah-kisah mengenai peristiwa masa lalu, orang-orang, masyarakat, dan kejadian-kejadian yang terjadi di masa lalu. Bukti-bukti empiris ini memungkinkan kita untuk mempelajari masa lalu secara akurat dan tepat.

Pertama, sejarah yang bersifat empiris berarti bahwa semua informasi yang dikumpulkan sejarawan harus disertai dengan bukti empiris yang dapat dibuktikan. Bukti-bukti ini seperti dokumen, catatan, dan arsip yang dapat membantu sejarawan untuk mengkonfirmasi apa yang telah terjadi di masa lalu.

Kedua, bukti empiris diperlukan untuk mengungkap gambaran yang lebih rinci tentang masa lalu. Bukti-bukti ini dapat membantu sejarawan untuk mengkonfirmasi fakta-fakta sejarah yang telah diketahui, serta menguak informasi baru yang dapat membantu mereka untuk memperluas cakrawala pemahaman mereka tentang masa lalu.

Ketiga, bukti-bukti empiris dapat membantu kita untuk menentukan apa yang benar dan salah dalam sejarah. Dengan menggunakan bukti-bukti empiris, kita dapat memastikan bahwa informasi kita tentang masa lalu adalah akurat dan dapat dipercaya. Selain itu, sejarah yang bersifat empiris juga memungkinkan kita untuk membedakan antara peristiwa sejarah yang benar dan yang salah.

Keempat, bukti empiris dapat membantu kita untuk memahami sudut pandang orang lain. Bukti-bukti empiris dapat membantu kita untuk melihat sudut pandang orang lain tentang peristiwa masa lalu dan memahami bagaimana mereka berpikir tentang hal-hal tersebut.

Kelima, bukti empiris juga berguna untuk menyelidiki masa lalu secara lebih mendalam. Bukti-bukti empiris dapat membantu kita untuk menyelidiki masa lalu secara lebih mendalam dan mengungkap kisah-kisah yang mungkin tidak dapat diketahui jika tidak ada bukti-bukti empiris.

Keenam, bukti empiris dapat membantu kita untuk mengkorelasikan peristiwa masa lalu dengan peristiwa saat ini. Dengan menggunakan bukti-bukti empiris, kita dapat mengkorelasikan peristiwa masa lalu dengan peristiwa saat ini dan memahami bagaimana peristiwa-peristiwa masa lalu mempengaruhi peristiwa saat ini.

Ketujuh, selain itu, sejarah yang bersifat empiris juga memungkinkan kita untuk membedakan antara peristiwa sejarah yang benar dan yang salah. Bukti-bukti empiris memungkinkan kita untuk mengecek kembali informasi yang kita dapatkan sehingga kita dapat memastikan bahwa informasi yang kita dapatkan adalah benar dan dapat dipercaya.

Dengan demikian, sejarah yang bersifat empiris dapat membantu kita untuk mempelajari masa lalu secara lebih akurat dan tepat. Bukti-bukti empiris memungkinkan kita untuk memahami sudut pandang orang lain, menyelidiki masa lalu secara lebih mendalam, dan membedakan antara peristiwa sejarah yang benar dan yang salah. Dengan menggunakan bukti-bukti empiris, kita dapat mengkonfirmasi informasi yang kita dapatkan dan memastikan bahwa informasi yang kita miliki adalah benar dan dapat dipercaya.

8. Dengan demikian, sejarah yang bersifat empiris memiliki peran penting dalam menjaga kebenaran dan akurasi dalam penulisan sejarah.

Mengapa sejarah dikatakan bersifat empiris? Sejarah dikatakan bersifat empiris karena berdasarkan pengamatan, penelitian, dan pengalaman atau, dengan kata lain, data yang diperoleh dari dunia nyata. Sejarah empiris menekankan pentingnya tujuan dan cakupan penelitian dan analisis data yang valid dan akurat. Ini berbeda dengan sejarah yang berdasarkan teori, yang terutama berkutat pada teori dan hipotesis yang berdasarkan pada asumsi yang mendasar.

Sejarah empiris adalah pendekatan yang melibatkan pengumpulan dan analisis data secara sistematis. Hal ini memungkinkan para peneliti sejarawan untuk mengumpulkan data yang valid dan akurat yang dapat digunakan untuk menghasilkan kesimpulan yang dipercaya. Hal ini penting karena sejarah sebagian besar merupakan aktivitas yang bersifat deskriptif, yang berarti bahwa penulis harus menggambarkan dan menggambarkan kembali sejarah yang terjadi. Dengan kata lain, penulis harus membuat keputusan tentang apa yang seharusnya dilakukan atau dipercaya berdasarkan data yang tersedia.

Untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan valid dan akurat, para peneliti sejarah menggunakan metode empiris. Metode ini melibatkan pengumpulan data dari berbagai sumber, seperti sejarah tertulis, lisan, dan arkeologi. Metode ini juga melibatkan pengumpulan dan analisis data secara sistematis untuk memastikan bahwa data yang diperoleh dapat dipercaya.

Setelah data yang valid dan akurat diperoleh, para peneliti sejarah menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif untuk menganalisis data dan mencari kesimpulan yang dapat dipercaya. Analisis kuantitatif menggunakan statistik untuk menganalisis data yang diperoleh. Analisis kualitatif menggunakan teknik seperti wawancara dan observasi untuk menganalisis data. Dengan menggabungkan kedua metode ini, para peneliti sejarah dapat menghasilkan kesimpulan yang akurat dan dapat dipercaya.

Dengan demikian, sejarah yang bersifat empiris memiliki peran penting dalam menjaga kebenaran dan akurasi dalam penulisan sejarah. Para peneliti sejarah menggunakan metode empiris untuk memastikan bahwa data yang diperoleh valid dan akurat dan, dengan menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif, para peneliti dapat menghasilkan kesimpulan yang dipercaya. Dengan demikian, sejarah yang bersifat empiris menjamin kebenaran dan akurasi dalam penulisan sejarah.