Jelaskan Fenomena Tawuran Pelajar Dari Perspektif Transmisi Budaya

jelaskan fenomena tawuran pelajar dari perspektif transmisi budaya –

Tawuran antar pelajar tentu menjadi fenomena yang tidak asing lagi di telinga kita. Dari sekolah menengah hingga universitas, fenomena ini kerap terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Sebagian orang menganggap tawuran antar pelajar merupakan suatu hal yang tidak pantas dilakukan karena bisa menimbulkan kekerasan, namun bagi sebagian pelajar lainnya, tawuran menjadi suatu perlombaan untuk membuktikan kepemimpinan, keberanian, dan reputasi.

Fenomena tawuran antar pelajar menurut perspektif transmisi budaya dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, fenomena tawuran menunjukkan perilaku anak muda yang mencoba mengklaim identitas mereka. Anak muda cenderung mengejar identitas mereka melalui kelompok-kelompok yang berbeda yang kebanyakan dibentuk berdasarkan asal sekolah atau daerah. Anak-anak muda berusaha untuk membuktikan identitas mereka melalui kekuatan, keberanian, dan kemampuan untuk mengontrol situasi.

Kedua, fenomena tawuran juga dapat digambarkan sebagai suatu bentuk transmisi budaya. Meskipun tawuran terjadi antar pelajar, hal ini mengindikasikan bahwa perilaku tersebut diterima dan bahkan diwariskan dari generasi ke generasi. Anak-anak muda cenderung mengikuti perilaku orang tuanya, dan perilaku tawuran dapat menjadi salah satu contohnya.

Sebagai contoh, tawuran antar pelajar dapat diwariskan dari ayah ke anaknya. Jika ayahnya pernah menjadi anggota kelompok yang terlibat dalam tawuran, maka anaknya dapat memiliki kecenderungan untuk mengikuti perilaku yang sama. Hal ini dapat terjadi karena anak-anak muda cenderung meniru perilaku orang tuanya dan menganggapnya sebagai sesuatu yang dihormati.

Ketika tawuran antar pelajar terjadi, hal ini dapat mengakibatkan dampak negatif. Tawuran antar pelajar dapat membuat situasi menjadi lebih kacau, terutama jika ada pihak ketiga yang ikut terlibat. Hal ini juga dapat menimbulkan kekerasan, yang dapat menyebabkan cedera atau bahkan kematian.

Dari perspektif transmisi budaya, fenomena tawuran antar pelajar dapat dianggap sebagai suatu bentuk perilaku yang diturunkan dari generasi ke generasi. Anak-anak muda cenderung meniru perilaku orang tuanya dan menganggapnya sebagai suatu hal yang dihormati. Meskipun tawuran antar pelajar dapat berakhir dengan hasil yang buruk, perilaku ini masih terus diteruskan karena anak-anak muda cenderung mengikuti perilaku orang tuanya.

Penjelasan Lengkap: jelaskan fenomena tawuran pelajar dari perspektif transmisi budaya

1. Tawuran antar pelajar merupakan fenomena yang sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

Fenomena tawuran pelajar merupakan fenomena yang sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Tawuran ini biasanya terjadi antar pelajar dari sekolah yang berbeda, baik di sekolah formal maupun di sekolah swasta. Tawuran biasanya terjadi di jalan-jalan umum atau di kawasan sekitar sekolah. Fenomena ini telah menjadi masalah yang serius di tingkat nasional, karena terjadi secara terus-menerus.

Tawuran antar pelajar biasanya dimulai dengan saling bertengkar antar pelajar, biasanya sebagai hasil dari saling menghina yang dilakukan secara verbal. Kebanyakan tawuran ini terjadi di antara pelajar yang berasal dari latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa tawuran antar pelajar dapat terjadi karena adanya ketidaksetujuan atas perbedaan latar belakang sosial.

Dalam fenomena tawuran antar pelajar, latar belakang budaya juga memainkan peran penting. Secara umum, budaya yang menjadi latar belakang tawuran antar pelajar biasanya berasal dari budaya yang berbeda. Kebanyakan budaya yang menjadi latar belakang tawuran antar pelajar di Indonesia adalah budaya yang berasal dari luar negeri, seperti budaya hip hop dan budaya gangster.

Budaya ini dipelajari dan diadaptasi oleh pelajar-pelajar di Indonesia, namun dengan cara yang berbeda. Hal ini dapat menjadi salah satu alasan mengapa tawuran antar pelajar sering terjadi di Indonesia. Budaya yang diadaptasi dari luar negeri ini biasanya berusaha untuk menunjukkan superioritas dan menciptakan pandangan yang berbeda dari yang lain. Hal ini dapat dianggap sebagai bentuk penolakan atas perbedaan latar belakang sosial yang lebih luas.

Dalam perspektif transmisi budaya, tawuran antar pelajar dapat dianggap sebagai hasil dari proses adaptasi budaya. Budaya yang diadaptasi dari luar negeri dapat berdampak pada perilaku pelajar di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa proses adaptasi budaya ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap fenomena tawuran antar pelajar di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengurangi tawuran antar pelajar di Indonesia, diperlukan upaya untuk melakukan pembelajaran tentang budaya yang berbeda dan mengembangkan kesadaran budaya yang lebih baik di antara para pelajar.

2. Fenomena tawuran antar pelajar menunjukkan perilaku anak muda yang mencoba mengklaim identitas mereka.

Fenomena tawuran antar pelajar merupakan masalah sosial yang menyebabkan kerugian materi dan juga kerugian non materi. Fenomena ini umumnya terjadi di sekolah-sekolah, dimana terjadi bentrokan fisik antar siswa sebagai akibat dari konflik verbal ataupun tindakan kekerasan. Fenomena tawuran antar pelajar menunjukkan perilaku anak muda yang mencoba mengklaim identitas mereka.

Dari perspektif transmisi budaya, fenomena tawuran antar pelajar dapat dipahami sebagai konsekuensi dari proses transmisi budaya. Proses transmisi budaya adalah proses dimana nilai-nilai, norma-norma, dan tingkah laku diturunkan dari generasi ke generasi. Orang tua sering menjadi sumber utama transmisi budaya, dan mereka mengajarkan anak-anak mereka tentang nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh masyarakat.

Ketika anak-anak muda mulai memasuki masa remaja, mereka akan mulai berusaha mencari identitas mereka sendiri dan mencari cara untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka berbeda dari orang lain. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan mengambil bagian dalam tawuran antar pelajar.

Tawuran antar pelajar memberi mereka kesempatan untuk menunjukkan bahwa mereka berani mengambil risiko dan bersedia untuk mengambil bagian dalam bentrokan fisik. Dengan demikian, mereka merasa bahwa mereka dapat membangun identitas mereka dan menunjukkan bahwa mereka berbeda dari orang lain.

Namun, perilaku ini juga dapat menyebabkan kerusakan materi dan non materi. Selain itu, perilaku ini juga dapat menyebabkan anak-anak muda menjadi terlibat dalam kejahatan dan akhirnya masuk ke dalam lingkaran kejahatan. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengajarkan nilai-nilai positif kepada anak-anak mereka dan untuk mengajari mereka tentang pentingnya menghormati orang lain.

3. Tawuran menjadi suatu perlombaan untuk membuktikan kepemimpinan, keberanian, dan reputasi.

Tawuran Pelajar merupakan suatu fenomena yang menarik perhatian publik dan banyak menimbulkan keprihatinan. Tawuran dapat didefinisikan sebagai bentuk interaksi fisik yang berlarut-larut antara dua atau lebih kelompok yang berbeda. Fenomena ini biasanya melibatkan pelajar yang berusia antara 12 hingga 20 tahun.

Ketika membahas tawuran pelajar, perspektif transmisi budaya adalah salah satu konsep yang perlu dipertimbangkan. Transmisi budaya adalah proses dimana nilai, norma, dan tindakan diajarkan dan ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses ini memungkinkan nilai dan norma lama untuk diteruskan, tetapi juga memungkinkan kemunculan nilai dan norma baru.

Sebagai contoh, tawuran pelajar dapat dilihat sebagai manifestasi dari nilai, norma, dan tindakan yang telah ditransmisikan dari generasi ke generasi. Hal ini dapat dilihat dalam tiga cara: pertama, tawuran menjadi suatu perlombaan untuk membuktikan kepemimpinan, keberanian, dan reputasi. Kedua, skenario tawuran menggunakan bahasa dan simbol yang mendukung budaya honor, kekerasan, dan juga kebudayaan. Ketiga, tawuran pelajar bisa juga dianggap sebagai bentuk upaya untuk mencapai status dan identitas.

Kepemimpinan, keberanian, dan reputasi sangat penting bagi generasi muda. Para remaja berusaha untuk mencapai ketiga kualitas ini untuk menjadi bagian dari komunitas mereka. Mereka berusaha untuk membuktikan bahwa mereka adalah pemimpin yang berani dan dapat dipercaya. Mereka juga berusaha untuk membangun reputasi yang baik di kalangan teman-temannya. Sebagai contoh, tawuran pelajar dapat dianggap sebagai suatu perlombaan untuk menunjukkan kepemimpinan, keberanian, dan reputasi.

Selain itu, tawuran pelajar juga menggunakan bahasa dan simbol yang mendukung budaya honor, kekerasan, dan juga kebudayaan. Hal ini terjadi karena budaya yang ditransmisikan dari generasi ke generasi. Para remaja akan meniru tindakan dan perilaku yang diambil oleh generasi sebelumnya. Namun, ada beberapa tindakan yang dilakukan oleh remaja yang dapat menjadi contoh yang buruk. Sebagai contoh, tawuran pelajar sering menggunakan bahasa yang kasar dan melakukan tindakan yang tidak hormat.

Akhirnya, tawuran pelajar juga dapat dianggap sebagai bentuk upaya untuk mencapai status dan identitas. Ini bisa terjadi karena remaja ingin menjadi bagian dari komunitas dan ingin memiliki status tertentu di kalangan teman-temannya. Mereka akan dianggap sebagai bagian dari komunitas yang lebih kuat dan berani jika mereka terlibat dalam tawuran.

Dalam kesimpulannya, fenomena tawuran pelajar dapat dilihat sebagai manifestasi dari nilai, norma, dan tindakan yang telah ditransmisikan dari generasi ke generasi. Tawuran menjadi suatu perlombaan untuk membuktikan kepemimpinan, keberanian, dan reputasi. Bahasa dan simbol yang digunakan dalam tawuran juga mendukung budaya honor, kekerasan, dan juga kebudayaan. Selain itu, tawuran pelajar juga dapat dianggap sebagai bentuk upaya untuk mencapai status dan identitas. Namun, meskipun fenomena tawuran pelajar ini terjadi, para remaja harus belajar untuk menerapkan nilai-nilai positif seperti kesopanan, toleransi, dan keadilan.

4. Fenomena tawuran menurut perspektif transmisi budaya dapat dilihat dari dua sisi.

Fenomena tawuran pelajar menurut perspektif transmisi budaya dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, tawuran merupakan salah satu bentuk ekspresi dari budaya yang diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi. Fenomena ini telah ada sejak lama di masyarakat, bahkan sebelum jaman modern. Budaya tawuran dapat dilihat dari sikap dan perilaku pelajar, yang bertujuan untuk menunjukkan kekuatan dan kepercayaan diri.

Kedua, fenomena tawuran juga dapat dipahami sebagai akibat dari transmisi budaya yang tidak tepat. Budaya yang salah diwariskan dari generasi ke generasi dapat menyebabkan perilaku yang salah pula, termasuk tawuran. Misalnya, jika orang tua mengajarkan anak-anaknya untuk menyelesaikan masalah dengan cara bertengkar, anak-anak tersebut mungkin akan cenderung melakukan tawuran.

Ketiga, dari perspektif transmisi budaya, fenomena tawuran juga dianggap sebagai bentuk kompetisi antar pelajar. Dengan menunjukkan kekuatan dan keberanian, pelajar berusaha untuk menunjukkan superioritas mereka terhadap pelajar lain. Hal ini juga merupakan cara bagi pelajar untuk mendapatkan hormat dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.

Keempat, fenomena tawuran juga dapat dipahami sebagai akibat dari ketidakadilan sosial. Banyak pelajar yang menyalahgunakan tawuran sebagai cara untuk menyalurkan kekecewaan mereka atas ketidakadilan sosial yang mereka alami. Pelajar yang merasa tidak dihargai atau diabaikan oleh masyarakat mungkin akan mencari cara untuk menunjukkan kemarahan mereka. Mereka mungkin akan mencari cara lain untuk menyalurkan emosi mereka melalui tawuran.

Kesimpulannya, fenomena tawuran pelajar dapat dipahami dari perspektif transmisi budaya. Tawuran dapat dipahami sebagai bentuk ekspresi dari budaya yang diwariskan turun-temurun, akibat dari transmisi budaya yang salah, sebagai bentuk kompetisi untuk mendapatkan hormat dan kepercayaan diri, dan sebagai akibat dari ketidakadilan sosial. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi penyebab fenomena tawuran pelajar ini dan mencari solusi untuk mencegahnya.

5. Tawuran antar pelajar dapat diwariskan dari generasi ke generasi.

Fenomena tawuran antar pelajar adalah perkelahian antar pelajar yang biasanya merupakan bagian dari konflik antar kelompok atau subkultur di sekolah. Mereka biasanya melakukan perkelahian dengan cara bertarung dengan tangan kosong, memukul dengan tangan kosong atau bahkan menggunakan senjata tajam. Fenomena tawuran antar pelajar ini telah ada di seluruh dunia sejak beberapa puluh tahun yang lalu, dari kota-kota besar hingga ke kota-kota kecil.

Fenomena tawuran antar pelajar ini dapat dijelaskan dari perspektif transmisi budaya. Transmisi budaya adalah proses di mana nilai-nilai dan norma budaya ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses ini melibatkan pengiriman informasi dari para anggota masyarakat yang lama kepada para anggota masyarakat yang baru.

Ketika muncul konflik antar kelompok atau subkultur di sekolah, anggota masyarakat lama akan mengajarkan cara berkelahi dan mempertahankan diri kepada anggota masyarakat yang lebih muda. Hal ini berarti bahwa anggota masyarakat yang lebih muda akan menyerap nilai-nilai dan norma permusuhan dan kekerasan yang diajarkan oleh para anggota masyarakat yang lama. Ini menyebabkan generasi berikutnya mengadopsi perilaku kekerasan yang sama dan menggunakannya untuk menyelesaikan konflik di sekolah.

Karenanya, dapat dikatakan bahwa tawuran antar pelajar dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Proses transmisi budaya ini menyebabkan generasi berikutnya mengadopsi perilaku dan norma perilaku yang sama, yang kemudian mengarah ke tawuran antar pelajar. Meskipun masyarakat telah berusaha untuk mengurangi tingkat kekerasan di sekolah dengan mengadopsi berbagai program dan strategi pencegahan, namun fenomena tawuran antar pelajar masih tetap ada, karena proses transmisi budaya ini berlangsung secara turun temurun.

Kesimpulannya, fenomena tawuran antar pelajar dapat ditelaah dari perspektif transmisi budaya. Proses ini menyebabkan generasi berikutnya mengadopsi perilaku kekerasan yang sama yang telah dipelajari oleh generasi sebelumnya, yang kemudian mengarah pada tawuran antar pelajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tawuran antar pelajar dapat diwariskan dari generasi ke generasi.

6. Anak-anak muda cenderung mengikuti perilaku orang tuanya, dan perilaku tawuran dapat menjadi salah satu contohnya.

Fenomena tawuran pelajar dapat diartikan sebagai sebuah bentuk kekerasan yang melibatkan pelajar dari sekolah yang berbeda. Kekerasan ini biasanya melibatkan pelajar dari kelas menengah ke atas yang tergabung dalam komunitas tertentu, seperti klub, kelompok sekolah, atau organisasi mahasiswa. Fenomena ini telah terjadi selama bertahun-tahun di seluruh dunia dan biasanya menyebabkan kerugian materiil, kerusakan properti, dan bahkan kematian.

Fenomena tawuran pelajar telah dikaji dari berbagai perspektif, salah satunya adalah perspektif transmisi budaya. Transmisi budaya adalah proses yang menunjukkan bagaimana nilai, norma, dan perilaku ditransmisikan antar generasi. Teori ini menjelaskan bahwa perilaku anak-anak muda dipengaruhi oleh perilaku orang tua mereka, dan bahwa perilaku orang tua dapat memengaruhi perilaku anak-anak muda.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak muda cenderung mengikuti perilaku orang tuanya, dan perilaku tawuran dapat menjadi salah satu contohnya. Penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang telah mengalami tawuran selama masa kecil mereka cenderung lebih mungkin untuk memiliki anak-anak yang terlibat dalam tawuran. Orang tua dengan latar belakang tawuran cenderung memberikan dorongan kepada anak-anak mereka untuk melibatkan diri dalam tawuran, dan anak-anak muda akan melakukannya karena mereka ingin memenuhi ekspektasi orang tua mereka atau karena mereka ingin terlihat seperti orang tuanya.

Tawuran biasanya dimulai dengan perdebatan, bentrokan fisik, dan perkelahian. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak muda cenderung mengikuti perilaku orang tua mereka, dan perilaku tawuran dapat menjadi salah satu contohnya. Anak-anak muda juga cenderung meniru perilaku orang tuanya saat mereka menghadapi situasi yang menantang. Dengan demikian, anak-anak muda cenderung meniru perilaku orang tua mereka yang telah terlibat dalam tawuran.

Fenomena tawuran pelajar dari perspektif transmisi budaya menunjukkan bahwa perilaku tawuran dapat disebabkan oleh perilaku orang tua. Orang tua yang telah mengalami tawuran cenderung memberikan dorongan kepada anak-anak mereka untuk melibatkan diri dalam tawuran, dan anak-anak muda cenderung mengikuti perilaku orang tuanya. Dengan demikian, anak-anak muda cenderung meniru perilaku orang tua mereka yang telah terlibat dalam tawuran.

7. Tawuran antar pelajar dapat membuat situasi menjadi lebih kacau dan menimbulkan kekerasan.

Fenomena tawuran pelajar adalah bentuk gejolak sosial yang sering dilakukan oleh siswa di sekolah. Ini dapat berupa bentrokan fisik atau pertentangan verbal antara dua kelompok siswa. Fenomena tawuran pelajar telah ada selama bertahun-tahun dan merupakan masalah serius di sekolah-sekolah di seluruh dunia.

Perspektif transmisi budaya menunjukkan bahwa tawuran pelajar dapat diartikan sebagai produk dari budaya yang telah ada selama bertahun-tahun. Budaya ini muncul dalam konteks sosial yang didominasi oleh pelajar, seperti kelompok-kelompok sosial yang terpisah atau subkultur. Kebanyakan budaya ini memiliki nilai-nilai tertentu yang ditekankan, seperti kekuatan, keberanian, dan loyalitas.

Salah satu cara yang paling umum digunakan oleh pelajar untuk memperkuat nilai-nilai ini adalah melalui tawuran. Mereka dapat melakukannya melalui pembentukan kelompok-kelompok yang berbeda dan menantang kelompok lain untuk bertempur. Ini juga menciptakan kesempatan untuk menunjukkan kekuatan, keberanian, dan loyalitas kepada kelompok dan budaya mereka.

Tawuran antar pelajar dapat membuat situasi menjadi lebih kacau dan menimbulkan kekerasan. Hal ini dikarenakan tawuran dapat menyebabkan adanya pertumpahan darah. Ini bisa berujung pada konflik antar kelompok yang berkepanjangan atau adanya kekerasan fisik antar pelajar. Kekerasan ini juga dapat mengarah pada kerugian material, seperti kerusakan properti sekolah atau properti milik warga sekitar.

Kerusakan fisik dan emosional juga merupakan hasil dari tawuran antar pelajar. Hal ini dapat menyebabkan trauma bagi siswa yang terlibat, yang akan mempengaruhi kesehatan dan pembelajaran mereka. Hal ini juga dapat mengakibatkan dampak jangka panjang bagi komunitas pelajar dan lingkungan sekitar, seperti rendahnya kepercayaan terhadap sekolah dan lingkungan yang tak aman.

Kesimpulannya, tawuran antar pelajar dapat menyebabkan situasi yang lebih kacau dan menimbulkan kekerasan. Hal ini dikarenakan tawuran dapat menyebabkan kerusakan fisik dan emosional, yang akan memiliki dampak jangka panjang bagi komunitas pelajar dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, penting bagi sekolah dan pemerintah untuk mengambil tindakan yang tepat untuk mengurangi kekerasan antar pelajar dan meningkatkan kesadaran tentang dampak tawuran.

8. Dari perspektif transmisi budaya, fenomena tawuran antar pelajar dapat dianggap sebagai suatu bentuk perilaku yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Dari perspektif transmisi budaya, fenomena tawuran antar pelajar dapat dianggap sebagai suatu bentuk perilaku yang diturunkan dari generasi ke generasi. Transmisi budaya adalah proses di mana nilai, norma, dan budaya diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses ini memungkinkan generasi berikutnya untuk mengadopsi perilaku yang diturunkan dari generasi sebelumnya, yang kemudian menjadi bagian dari budaya mereka.

Fenomena tawuran antar pelajar adalah situasi yang banyak dijumpai di sekolah-sekolah di seluruh dunia. Fenomena ini melibatkan pelajar yang terlibat dalam bentrokan antar kelompok dan bisa berujung pada perkelahian fisik. Fenomena ini dapat berakar kembali ke dalam budaya masyarakat dan memiliki banyak dampak yang berbeda.

Dari perspektif transmisi budaya, tawuran antar pelajar dapat dianggap sebagai suatu bentuk perilaku yang diturunkan dari generasi ke generasi. Perilaku ini kemungkinan berasal dari budaya masyarakat dan telah diturunkan dan diterima oleh pelajar. Generasi berikutnya mungkin telah mengambil dan mengadaptasi perilaku ini, yang kemudian menjadi bagian dari budaya mereka.

Fenomena tawuran antar pelajar juga dapat dikaitkan dengan konflik sosial. Konflik ini dapat dimulai oleh konflik antar kelompok yang disebabkan oleh perbedaan budaya atau latar belakang sosial. Konflik ini dapat menjadi lebih parah karena adanya prasangka yang diturunkan dari generasi sebelumnya dan memperburuk situasi.

Fenomena tawuran juga dapat berimplikasi pada masalah kesehatan mental yang dialami oleh pelajar. Pelajar yang terlibat dalam masalah tawuran dapat mengalami masalah psikologis seperti depresi, rasa takut, dan perasaan tidak aman. Fenomena ini juga dapat berdampak pada kesehatan fisik, seperti luka, cedera, dan bahkan kematian.

Dalam konteks ini, penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong fenomena tawuran pelajar. Hal ini bertujuan untuk mencari solusi untuk mengurangi atau menghentikan fenomena ini. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku tawuran antar pelajar adalah konflik sosial, budaya masyarakat, dan nilai-nilai yang diturunkan dari generasi sebelumnya.

Nilai-nilai dan budaya yang diturunkan dari generasi sebelumnya dapat memainkan peran penting dalam tawuran antar pelajar. Ini dapat membantu pelajar untuk memahami alasan di balik perilaku mereka dan dapat membantu mereka untuk memahami konsekuensi yang mungkin terjadi sebagai akibat perilaku mereka.

Dalam kesimpulannya, fenomena tawuran antar pelajar dapat dianggap sebagai suatu bentuk perilaku yang diturunkan dari generasi ke generasi. Perilaku ini dapat memiliki dampak yang beragam pada kesehatan mental dan fisik pelajar yang terlibat. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tawuran untuk mencari solusi untuk mengurangi atau menghentikan fenomena ini.