jelaskan pandangan sutherland mengenai perilaku menyimpang –
Konsep perilaku menyimpang adalah salah satu aspek yang paling penting dalam sosiologi dan psikologi. Pandangan dari E.H. Sutherland, yang dikenal sebagai salah satu tokoh kunci dalam teori kriminalitas, merupakan salah satu pemikiran yang paling banyak dipelajari dalam bidang ini. Ia mengembangkan teori yang disebut Teori Akulturasi dan Teori Differential Association, yang menjelaskan bagaimana perilaku menyimpang dapat diterapkan secara kultural dan sosial.
Menurut Sutherland, perilaku menyimpang merupakan hasil dari proses akulturasi sosial yang kompleks. Akulturasi adalah proses berinteraksi dengan orang lain atau kelompok yang berbeda. Saat berinteraksi dengan orang lain, kita dikenalkan dengan berbagai macam nilai, norma, dan tindakan yang berbeda. Sutherland menyimpulkan bahwa jika kita berinteraksi dengan orang lain yang melakukan perilaku menyimpang, kita akan mengembangkan pandangan dan menyesuaikan tindakan kita untuk meniru tindakan mereka.
Selain itu, Sutherland juga mengembangkan Teori Differential Association. Teori ini menjelaskan bagaimana interaksi sosial dapat menyebabkan perilaku menyimpang. Menurut teori ini, perilaku menyimpang akan terbentuk ketika seseorang memiliki hubungan yang berbeda dengan orang lain yang melakukan perilaku menyimpang. Hubungan ini dapat berupa hubungan yang kuat, misalnya teman dekat atau anggota keluarga, atau hubungan yang lemah, misalnya teman sekolah. Ketika seseorang memiliki hubungan yang erat dengan orang lain yang melakukan perilaku menyimpang, mereka akan mulai meniru tindakan mereka.
Kesimpulannya, pandangan Sutherland mengenai perilaku menyimpang mengidentifikasi proses akulturasi sosial dan interaksi sosial sebagai faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku menyimpang. Teori Akulturasi menyatakan bahwa perilaku menyimpang berkembang dari proses berinteraksi dengan orang lain yang melakukan perilaku menyimpang. Teori Differential Association menyatakan bahwa hubungan dengan orang lain yang melakukan perilaku menyimpang juga mempengaruhi terbentuknya perilaku menyimpang. Sutherland menjelaskan bahwa kesamaan pandangan dan tindakan antara orang-orang yang berinteraksi dengan orang yang melakukan perilaku menyimpang ialah faktor utama yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang.
Rangkuman:
Penjelasan Lengkap: jelaskan pandangan sutherland mengenai perilaku menyimpang
1. E.H. Sutherland adalah salah satu tokoh penting dalam teori kriminalitas.
E.H. Sutherland adalah salah satu tokoh penting dalam teori kriminalitas. Ia adalah seorang ahli sosiologi Amerika yang dikenal sebagai “bapak sosiologi kriminal”. Ia mengembangkan teori perilaku menyimpang yang disebut Teori Pertentangan Sosial (Social Conflict Theory). Teori ini mencoba untuk menjelaskan kenapa orang melakukan perilaku yang tidak diinginkan.
Menurut teori ini, perilaku menyimpang berasal dari kesenjangan sosial yang ada di masyarakat. Ini termasuk kesenjangan ekonomi, rasial, agama, dan jenis kelamin. Teori ini menyatakan bahwa individu yang kurang mampu akan melakukan tindakan yang melanggar hukum untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. Hal ini dikarenakan mereka merasa tidak memiliki kesempatan untuk memperoleh apa yang mereka inginkan dengan cara yang diterima secara sosial.
Sutherland juga mengembangkan konsep teori kontrol sosial. Ia menyarankan bahwa sistem hukum yang berlaku di masyarakat bertujuan untuk mengendalikan perilaku menyimpang. Sistem hukum ini berusaha untuk membuat orang takut akan akibat dari melanggar hukum. Sistem hukum ini juga berusaha untuk memberikan insentif bagi orang yang mematuhi hukum.
Sutherland juga mengembangkan konsep teori kontrol sosial positif. Ia menyarankan bahwa pengendalian sosial bukan hanya berupa sanksi hukum. Ia mencoba untuk memperkenalkan kontrol sosial melalui pendidikan, budaya, dan etika. Dengan melakukan hal ini, orang akan lebih mungkin untuk mematuhi hukum dan menghindari perilaku menyimpang.
Kesimpulannya, teori kriminalitas E.H. Sutherland mencoba untuk menjelaskan perilaku menyimpang dengan menekankan kesenjangan sosial dan kegagalan masyarakat untuk mengendalikan perilaku menyimpang dengan cara yang positif. Ia menekankan bahwa kontrol sosial positif adalah hal yang penting untuk mengurangi perilaku menyimpang.
2. Teori Akulturasi dan Teori Differential Association ialah teori yang dikembangkan oleh Sutherland untuk menjelaskan perilaku menyimpang.
Teori Akulturasi dan Teori Differential Association ialah dua teori yang dikembangkan oleh Edwin Sutherland untuk menjelaskan perilaku menyimpang. Teori Akulturasi menekankan pengaruh budaya dan lingkungan sosial dalam menentukan perilaku menyimpang. Teori Differential Association menekankan pengaruh hubungan interpersonal dan bagaimana orang-orang mengadaptasi norma sosial yang berbeda.
Teori Akulturasi berfokus pada proses pembelajaran sosial yang memengaruhi perilaku menyimpang. Sutherland menyarankan bahwa budaya merupakan faktor utama yang memengaruhi perilaku menyimpang, dan bahwa individu dapat mempelajari perilaku yang tidak diinginkan melalui proses sosialisasi. Teori ini juga menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam memengaruhi perilaku menyimpang. Sutherland menganalisis bagaimana orang-orang dapat mempelajari perilaku yang tidak diinginkan melalui interaksi dengan orang lain di sekitarnya.
Teori Differential Association berfokus pada bagaimana orang-orang mengadaptasi norma sosial yang berbeda. Sutherland menyarankan bahwa perilaku menyimpang dapat dipelajari melalui interaksi dengan individu lain yang memiliki pandangan yang berbeda tentang norma-norma sosial. Sutherland menyarankan bahwa orang-orang cenderung mempelajari dan mengadaptasi norma-norma yang dipelajari dari orang lain yang dekat dengan mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sutherland menekankan bahwa orang-orang cenderung mempelajari perilaku yang tidak diinginkan ketika mereka terlibat dalam hubungan interpersonal yang kuat dengan orang lain yang melakukan perilaku tersebut. Sutherland menyarankan bahwa individu yang terlibat dalam hubungan interpersonal dengan orang-orang yang melakukan perilaku yang tidak diinginkan cenderung mempertahankan perilaku tersebut. Sutherland juga menyarankan bahwa orang-orang yang terlibat dalam hubungan interpersonal dengan orang-orang yang tidak melakukan perilaku yang tidak diinginkan cenderung tidak melakukan perilaku tersebut.
Teori Akulturasi dan Teori Differential Association yang dikembangkan oleh Edwin Sutherland memiliki kontribusi signifikan dalam memahami perilaku menyimpang. Kedua teori ini menekankan pentingnya budaya, lingkungan sosial, dan hubungan interpersonal dalam memengaruhi perilaku menyimpang. Kedua teori ini juga menekankan pentingnya proses pembelajaran sosial dan adaptasi norma sosial oleh individu untuk menentukan perilaku menyimpang. Kedua teori ini memberikan pandangan yang komprehensif mengenai perilaku menyimpang yang dapat membantu para ahli memahami perilaku tersebut dan menemukan cara untuk meminimalkannya.
3. Akulturasi adalah proses berinteraksi dengan orang lain yang berbeda, dimana nilai, norma, dan tindakan yang berbeda dapat diterapkan.
Alfred W. Sutherland adalah seorang psikolog Amerika yang mengembangkan teori perilaku menyimpang dikenal sebagai “Theory of Differential Association” (1939). Teorinya berfokus pada bagaimana orang mengembangkan perilaku yang tidak diinginkan melalui proses interaksi dengan orang lain. Teori ini menyatakan bahwa perilaku menyimpang terjadi ketika seseorang memiliki jumlah asosiasi yang lebih besar dengan orang yang berpikiran dan bertindak melanggar hukum daripada orang yang berpikiran dan bertindak sesuai dengan hukum. Selain itu, teori ini menyatakan bahwa tingkat asosiasi yang lebih besar dengan orang yang ‘kriminal’ akan meningkatkan peluang untuk berperilaku menyimpang.
Salah satu asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa akulturasi adalah proses berinteraksi dengan orang lain yang berbeda, dimana nilai, norma, dan tindakan yang berbeda dapat diterapkan. Sutherland menyatakan bahwa kriminalitas merupakan hasil interaksi sosial di mana individu terlibat dalam proses akulturasi dengan orang lain yang berpikiran dan bertindak melanggar hukum, dan karenanya orang tersebut memiliki peluang lebih besar untuk membentuk perilaku menyimpang. Akulturasi spesifik dapat terjadi ketika orang berinteraksi dengan orang lain yang berbeda dalam hal budaya, etnis, etika, dan lain-lain.
Selain itu, teori ini juga menyatakan bahwa akulturasi bukanlah satu arah. Sutherland menyatakan bahwa akulturasi dapat berlangsung dua arah, yaitu orang yang berperilaku menyimpang dapat mengembangkan perilaku yang lebih positif atau orang yang memiliki nilai-nilai positif dapat mengembangkan perilaku yang lebih menyimpang. Akulturasi dua arah ini dapat menjadi tanda bahwa seseorang dapat berperilaku menyimpang karena faktor luar, tetapi juga dapat berubah karena faktor internal.
Kesimpulannya, teori perilaku menyimpang Sutherland menyatakan bahwa akulturasi adalah proses berinteraksi dengan orang lain yang berbeda, dimana nilai, norma, dan tindakan yang berbeda dapat diterapkan. Akulturasi ini dapat berlangsung dua arah, yaitu dari orang yang memiliki nilai-nilai positif ke orang yang berperilaku menyimpang, dan sebaliknya. Proses akulturasi ini menjadi dasar teori perilaku menyimpang Sutherland yang menyatakan bahwa orang yang menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang yang berpikiran dan bertindak melanggar hukum memiliki peluang yang lebih besar untuk membentuk perilaku menyimpang.
4. Teori Differential Association menjelaskan bahwa hubungan dengan orang lain yang melakukan perilaku menyimpang mempengaruhi terbentuknya perilaku menyimpang.
Teori Differential Association adalah teori yang dikembangkan oleh Edwin Sutherland pada tahun 1939. Teori ini menjelaskan bagaimana persepsi seseorang tentang perilaku menyimpang dapat dipengaruhi oleh orang lain yang menyimpang. Teori ini menekankan bahwa hubungan dengan orang lain yang melakukan perilaku menyimpang dapat mempengaruhi seseorang untuk ikut melakukan perilaku menyimpang.
Teori Differential Association menyatakan bahwa perilaku menyimpang adalah hasil dari interaksi sosial antara individu dan lingkungan sosialnya. Teori ini menekankan bahwa semakin sering seseorang berinteraksi dengan orang lain yang melakukan perilaku menyimpang, semakin besar kemungkinan seseorang untuk melakukan perilaku menyimpang. Teori ini menekankan bahwa hubungan dengan orang lain yang melakukan perilaku menyimpang dapat mempengaruhi seseorang untuk ikut melakukan perilaku menyimpang.
Teori Differential Association menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi orang untuk melakukan perilaku menyimpang adalah: (1) frekuensi interaksi dengan orang lain yang melakukan perilaku menyimpang, (2) durasi interaksi dengan orang lain yang melakukan perilaku menyimpang, (3) intensitas interaksi dengan orang lain yang melakukan perilaku menyimpang, dan (4) kualitas interaksi dengan orang lain yang melakukan perilaku menyimpang. Teori ini menekankan bahwa semakin banyak interaksi yang dilakukan seseorang dengan orang lain yang melakukan perilaku menyimpang, semakin besar kemungkinan seseorang untuk melakukan perilaku menyimpang.
Teori Differential Association menyatakan bahwa seseorang dapat dipengaruhi oleh orang lain yang melakukan perilaku menyimpang dalam beberapa cara. Cara-cara ini termasuk: (1) dengan memperkenalkan seseorang pada gaya hidup yang berhubungan dengan perilaku menyimpang, (2) dengan mengajarkan cara untuk melakukan perilaku menyimpang, (3) dengan memberikan dukungan untuk perilaku menyimpang, dan (4) dengan menghasilkan penghargaan untuk perilaku menyimpang.
Kesimpulannya, teori Differential Association menyatakan bahwa hubungan dengan orang lain yang melakukan perilaku menyimpang mempengaruhi terbentuknya perilaku menyimpang. Teori ini menekankan bahwa semakin banyak interaksi yang dilakukan seseorang dengan orang lain yang melakukan perilaku menyimpang, semakin besar kemungkinan seseorang untuk melakukan perilaku menyimpang. Selain itu, teori ini juga menyatakan bahwa orang lain dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan perilaku menyimpang melalui cara-cara seperti memperkenalkan gaya hidup yang berhubungan dengan perilaku menyimpang, mengajarkan cara untuk melakukan perilaku menyimpang, memberikan dukungan untuk perilaku menyimpang, dan menghasilkan penghargaan untuk perilaku menyimpang.
5. Pandangan Sutherland menyatakan bahwa proses akulturasi sosial dan interaksi sosial merupakan faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku menyimpang.
Edward Sutherland adalah tokoh yang banyak dikenal dalam bidang teori kriminalitas. Dianggap sebagai ayah teori anomia, ia mengembangkan konsep teori yang kemudian dikenal dengan nama teori akulturasi. Teori akulturasi berfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang, yang menurut Sutherland adalah proses akulturasi sosial dan interaksi sosial.
Menurut Sutherland, proses akulturasi sosial merupakan proses di mana individu dipengaruhi oleh orang lain untuk mengadopsi nilai-nilai dan tindakan yang tidak sesuai dengan norma sosial. Interaksi sosial adalah hubungan antara individu dengan orang lain, yang dapat berupa interaksi antar anggota keluarga, teman sebaya, atau bahkan orang yang tidak dikenal. Proses akulturasi sosial dan interaksi sosial menciptakan lingkungan di mana perilaku menyimpang terbentuk.
Sutherland menyatakan bahwa proses akulturasi sosial dan interaksi sosial akan mempengaruhi perilaku menyimpang. Menurut dia, orang yang terlibat dalam proses akulturasi sosial dapat mengadopsi nilai-nilai dan tindakan yang tidak sesuai dengan norma sosial. Hal ini karena mereka dipengaruhi oleh orang lain, seperti teman sebaya, anggota keluarga, atau bahkan orang yang tidak dikenal.
Interaksi sosial juga memainkan peran penting dalam mempengaruhi perilaku menyimpang. Ini karena interaksi sosial dapat membangun hubungan antara individu dengan orang lain, yang dapat memunculkan tindakan yang tidak sesuai dengan norma sosial. Contohnya, teman sebaya yang mempengaruhi satu sama lain untuk minum alkohol atau mengambil obat-obatan terlarang.
Namun, Sutherland menekankan bahwa proses akulturasi sosial dan interaksi sosial bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang. Faktor lain yang harus dipertimbangkan di antaranya motivasi, kesempatan, dan sifat individu.
Secara keseluruhan, pandangan Sutherland menyatakan bahwa proses akulturasi sosial dan interaksi sosial merupakan faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku menyimpang. Proses akulturasi sosial dapat mempengaruhi individu untuk mengadopsi nilai-nilai dan tindakan yang tidak sesuai dengan norma sosial, sedangkan interaksi sosial dapat menciptakan lingkungan yang mendorong perilaku menyimpang. Namun, Sutherland menekankan bahwa proses akulturasi sosial dan interaksi sosial hanyalah satu dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang.
6. Kesamaan pandangan dan tindakan antara orang yang berinteraksi dengan orang yang melakukan perilaku menyimpang ialah faktor utama yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang.
Donald R. Sutherland adalah seorang ahli sosiologi yang dikenal karena teorinya mengenai perilaku menyimpang. Teorinya, yang dikenal sebagai Teori Interaksionisme Simbolik, adalah sebuah teori yang menekankan pentingnya interaksi sosial dalam memahami perilaku menyimpang. Teori interaksionisme simbolik menyatakan bahwa orang yang melakukan perilaku menyimpang tidak dapat dipahami tanpa mengambil konteks sosial yang menimbulkan perilaku itu. Sutherland menyarankan bahwa perilaku menyimpang terjadi karena seseorang merasa tidak memiliki kendali atas situasi tertentu dan mencoba untuk mengambil kendali.
Kesamaan pandangan dan tindakan antara orang yang berinteraksi dengan orang yang melakukan perilaku menyimpang adalah faktor utama yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang. Sutherland menyatakan bahwa orang yang berinteraksi dengan orang yang melakukan perilaku menyimpang harus memiliki pandangan yang sama tentang apa yang dianggap menyimpang. Sutherland menyatakan bahwa orang yang berinteraksi dengan orang yang melakukan perilaku menyimpang harus memiliki pandangan yang sama tentang apa yang dianggap menyimpang. Sutherland menyatakan bahwa orang yang berinteraksi dengan orang yang melakukan perilaku menyimpang harus memiliki kesamaan pandangan dan tindakan untuk menghindari terjadinya perilaku menyimpang.
Sutherland juga menyatakan bahwa orang yang berinteraksi dengan orang yang melakukan perilaku menyimpang harus memiliki kemampuan untuk menafsirkan tindakan orang lain dan memahami konsekuensi dari tindakan tersebut. Sutherland menekankan pentingnya kesadaran sosial dalam menangani orang yang melakukan perilaku menyimpang. Jika orang yang berinteraksi dengan orang yang melakukan perilaku menyimpang memiliki kesamaan pandangan dan tindakan, maka mereka akan lebih mampu menyelesaikan masalah perilaku menyimpang.
Kesimpulannya, kesamaan pandangan dan tindakan antara orang yang berinteraksi dengan orang yang melakukan perilaku menyimpang adalah faktor utama yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang. Donald R. Sutherland menyatakan bahwa orang yang berinteraksi dengan orang yang melakukan perilaku menyimpang harus memiliki pandangan yang sama tentang apa yang dianggap menyimpang dan memiliki kemampuan untuk menafsirkan tindakan orang lain dan memahami konsekuensi dari tindakan tersebut. Kesamaan pandangan dan tindakan ini akan membantu orang yang berinteraksi dengan orang yang melakukan perilaku menyimpang dalam menangani masalahnya.